SUMBER DAYA GENETIK MALEO (Macrocephalon maleo): POPULASI, ANCAMAN KEPUNAHAN, SERTA UPAYA PELESTARIAN

Maleo Genetic Resources (Macrocephalon maleo): Populations, Extinction Threats, and Conservation Efforts

Authors

  • Jonathan Anugrah Lase Badan Riset dan Inovasi Nasional
  • Teguh Rafian Universitas Lampung
  • Woki Bilyaro Universitas Bengkulu

DOI:

https://doi.org/10.37090/jwputb.v8i1.1297

Abstract

Burung maleo (Macrocephalon maleo) adalah endemik Sulawesi yang berasal dari famili Megapodiidae, dan sebagai maskot provinsi Sulawesi Tengah. Maleo saat ini digolongkan dalam satwa langka, sehingga perlu dilindungi agar terhindar dari kepunahan. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.106/Men LHK/Setjen/Kum.1/12/2018 turut memperkuat posisi maleo sebagai satwa yang dilindungi. Maleo memiliki keunikan dari ciri morfologi, habitat tempat tinggal hingga cara perkembangbiakannya. Maleo tersebar di beberapa tipe habitat mulai dari tempat datar yang panas hingga hutan pegunungan yang lebat. Pada habitat alaminya, burung maleo memanfaatkan pohon untuk bertengger, berteduh, dan beristirahat. Burung maleo mempunya keunikan sebagai spesies burrow nester, yakni pembuat sarang dalam liang atau lubang. Pada aspek perkembangbiakannya, maleo melakukan penetasan telur secara alami, dengan menggunakan panas bumi (geothermal) atau panas matahari. Konservasi burung maleo perlu diupayakan untuk menjamin keberlangsungan hewan endemik ini. Terdapat beberapa program konservasi terhadap burung maleo, contohnya Taman Bogani Nani Wartabone, dan Taman Nasional Lore Lindu di Sulawesi Tengah yang programnya berfokus pada pelestarian dan membangun perkembangbiakan maleo. Upaya konservasi maleo sebagai satwa langka di Indonesia memiliki tujuan utama yang mencerminkan kepentingan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem alam Indonesia.

 

Kata kunci: Konservasi, Maleo, Macrocephalon maleo, Sumber daya genetik, Sulawesi

References

Alikodra HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar dalam Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Pres.

Ambagau Y. 2010. Analisis kesesuaian habitat burung maleo (Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Argeloo M. 1994. The maleo macrocephalon maleo: new information on the distribution and status of Sulawesi endemic megapode. Bird Conserv. Intern. 108(3): 307-316.

Arista K, Wahid A, Ihsan M. 2015. Faktor penyebab penurunan populasi maleo senkawor di Desa Sausu Piore Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Jurnal Warta Rimba. 3(2):1–8.

Bashari HM, Lela M, Kobandaha D, Rahmanita, Teguh H. 2020. Prosedur Tata Kelola Lokasi Peneluran Maleo (Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Kotamobagu: Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone- EPASS Project Bogani Nani Wartabone.

Biederman I, and Shiffrar MM. 1987. Sexing day-old chicks: A case study and expert systems analysis of a difficult perceptual-learning task. J. Exp. Psychol. Learn. Mem. Cogn. 13: 640–645.

Birdlife. 2008. Maleo-Birdlife Species Factsheet. https://birdlife.com. Html [17 Desember 2023]

BirdLife International. 2021. Macrocephalon maleo. The IUCN Red List of Threatened Species 2021. [diakses 18 November 2023] e.T22678576A194673255. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2021-3.RLTS.T22678576A194673255.en

[BTNBNW] Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. 2020. Rencana Strategis Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Periode 2020-2024. Kotamobagu (ID): Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

Butchart SHM, Baker GC. 2000. Priority sites for conservation of maleos (Macrocephalon maleo) in central Sulawesi. Biol. Conservation. 94: 79-91.

Dekker RW, Brom TG. 1990. Maleo eggs and the amount of yolk in relation to different incubation strategies in megapodes. Aust. of Zool. 38:19-24.

del Hoyo, Elliott JA, Sargatal J. 1994. Handbook of the Birds of the World Volume 2, New World Vultures to Guineafowl. Bird Life International and Lynx Edicions. Barcelona.

[Dirjen PHKA] Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam. 2011a. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam P.6/IVSET/ 2011 tentang Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam.

[Dirjen PHKA] Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam. 2011b. Peraturan Direktur Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) No. P.9/IV-SET/2011 tentang Pedoman Etika dan Kesejahteraan Satwa di Lembaga Konservasi Jakarta: Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam.

Gazi R. 2008. Analisis Kondisi Lokasi Bertelur Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo) di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. [Tesis]. Bogor. IPB University.

Gorong AJ, Pamungkas B, Lee RJ. 2005. Nesting ground abandonment by the maleo (Macrocephalon maleo) in North Sulawesi: Idenifing conservation prioritie for Indonesia’s endemic megapode. Biol. Conservation. I12: 548-555.

Gunawan H. 2000. Strategi burung maleo (Macrocephalon maleo Sal. Muller (1846) dalam seleksi habitat bertelurnya di Sulawesi. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Hafsah, Yuwanta T, Kustono, Djuwantoko. 2008. Karakteristik habitat mikro sebagai dasar pola penetasan telur maleo di taman nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah. J. Agroland. 15(3):223-228.

Harris BR, Bikrs MS, Leac DA. 2014. Incubator bird biogeographical origins and evolution of underground nesting in megapodes (Galliformes: Megapodiidae). Journal of Biogeograph, 41: 2045–2056.

Indrawan M, Wahid N, Argeloo M, MileDoucet S .2012. All politics is local: The case of Macrocephalon Maleo conservation on Sulawesi, Indonesia. Biodivers. Conserv. 21: 3735–3744.

Jones DN, Dekker RW, Roselaar CS. 1995. Bird Families of the World: The Megapodes. Oxford University Press. Oxford.

Khaerunnisa I, Sari E, Ulfah M, Jakaria J, Sumantri C. 2013. Avian sex determination based on chromo helicase DNA-binding (CHD) genes using polymerase chain reaction (PCR). Media Peternak. 36, 85–90.

Kleiman DG, Thompson KV, Baer CK. 2010. Wild Mammals in Captivity: Principles and Techniques for Zoo Managements. 2th Ed. Chicago (US): The University of Chicago Press.

Kocijan I, Dolenec P, Tanja SD, Nenadic D, Pavokocik G, Dolenec Z. 2011. Sextyping bird species with little or no sexual dimorphism: an evaluation of molecular and morphological sexing. J. Biol. Res.- Thessalon. 15:145– 150.

Laban LM. 2007. Pendugaan populasi, preferensi habitat peneluran maleo dan pola sebaran maleo (Macrocephalon maleo Sall Muller 1846) berdasarkan keberadaan sarang di kawasan Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

MacKinnon J. 1981. Sulawesi megapodes. World Pheas. Ass J. 3:96-103.

MacKinnon J. 1981. Methods for the conservation of maleo birds, macrocephalon maleo, on the island of Sulawesi, Indonesia. Bio. Conserv. 20: 183-193.

Masy’ud B, Ginoga LN. 2016. Penangkaran Satwa Liar. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.

[MenLHK] Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM1//2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Jakarta: Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Nurdianti A, Ningsih S, Sustri M. 2013. Potensi pengembangan wisata alam di habitat maleo (Macrocephalon maleo) taman nasional lore lindu bidang pengelolaan wilayah (bpw) I saluki kecamatan gumbasa kab. Sigi. Warta Rimba. 1(1): 1-8.

Nurhayati NF. 1986. Masalah Pelestarian Burung Maleo (Macrocephalon maleo). Makalah pengelolaan Suaka Alam dan Margasatwa. Program Studi Ilmu Lingkungan Ekologi Manusia. Fakultas Pascasarjana, Universitas Indonesia. Jakarta.

Poli Z, Polii B, Paputungan U. 2016. Tingkah laku bertelur burung maleo (Macrocephalon maleo) di Muara Pusian Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Kecamatan Dumoga Timur Kabupaten Bolaang Mongondow. Zootek Journal. 36(2):289–301.

Ratnawati LD. 2012. Keberhasilan penangkaran buaya muara (Crocodylus porosus Schneider, 1801) dengan pola pembesaran: studi kasus penangkaran buaya di Provinsi Papua. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Saerang JLP. 2010. Kajian biologis maleo (Macrocephalon maleo) yang dipelihara secara ex-situ. [tesis]. Bogor (ID) : Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sumangando A. 2002. Biologi Perkembangan Burung Maleo (Macrocephalon maleo, Sall Muller 1846) yang ditetaskan Secara Ex Situ [Tesis] Bogor. IPB University.

Tanari M, Rusiyantono Y, Hafsah. 2008. Teknologi penetasan telur burung maleo (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) sebagai upaya konservasi. Jurnal Agroland. 15(4) : 336-342.

Tasirin. 2021. Maleo (Macrocephalon maleo) population recovery at two Sulawesi nesting grounds after community engagement to prevent egg poaching . Global Ecology and Conservation. 28(2021):199.

Whitten AJ, Mustafa M, Henderson GS. 1987. Ekologi Sulawesi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Widnyana IG, Sundu Burhanuddin, Rusdin, Tanari M. 2019. Sex detection in maleo bird. International Journal of Veterinary Science and Agriculture Research. 1(2): 17-22.

Yuda P, Daryono SB, Wajjwalku W, Vera F. 2021. Short Communication: A new primer set in CHD1 gene for bird sex identification. Biodiversitas. 22 (11): 4977–4982.

Downloads

Published

01-03-2024

How to Cite

Lase, Jonathan Anugrah, et al. “SUMBER DAYA GENETIK MALEO (Macrocephalon maleo): POPULASI, ANCAMAN KEPUNAHAN, SERTA UPAYA PELESTARIAN: Maleo Genetic Resources (Macrocephalon maleo): Populations, Extinction Threats, and Conservation Efforts”. Wahana Peternakan, vol. 8, no. 1, Mar. 2024, pp. 95-103, doi:10.37090/jwputb.v8i1.1297.